Senin, 29 Desember 2008

Air Mata Rinjani, Rinjani Air Mata

Seeparuh usiaku mendaki tiada
Sepeluk rindu menghujat makna rasa
Bulir-bulir pilu kepul asapi dirimu
Yang berlalu pada tarikan nafas pertama
Aku masih di sini

Kendi tanah liat suguhan sebelum dahar
Menyentuh libidoku untuk menari
Pada sketsasketsa yang terhampar beku
Tentang rumput, bunga edelweis dan deru angin barat
kedua kali

Matahari sembunyi di balik kabut merah
Menanti hari akhir ditemani semangkuk mi instan
Kusapa dari jauh

Menyapa rembulan malam
Yang dikebiri luka dan doadoa
Memasung jiwa dalam puja sunyi
Puluhan kilometer dari seberang lautan
Mataku telanjang menumbuk puncak

Airmataku tiada kan berhenti
Semenjak senandung dongeng-dongeng memaknai hidup
Tiada arti.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar